Rabu, 07 Desember 2011

TEKNIK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN

1. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :

a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.
b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan. Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan pemeriksaan destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat Benkelman.

c. Pengadan direksi keet
Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya disekitar lokasi proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat para pekerja dan penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.

d. Penyiapan badan jalan
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya. Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

3. Pekerjaan Galian dan Timbunan
  

Gambar Struktur Pekerjaan Tanah
            

Pekerjaan Galian

  1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :
  2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
  3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
  4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
  5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :

a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck.

b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara (pemboran) dan peledekan.

c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan.

Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan

Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.

2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.

Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

  1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.
  2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan penimbunan.
  3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.
  4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.
Pengujian Kepadatan Tanah
Pengujian Sand Cone

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.


Gambar Titik Pengambilan Sampel
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
  1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.
  2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
  3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
  4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
  5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
  6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas. Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.
Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki komposisi sebagai berikut :
  1. Split 5/7
  2. Split 3/5
  3. Split 2/3
  4. Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B adalah :
  • Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan Dump Truck.
  • Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai enam tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base B.
  • Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat motor grader dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan terbentuk, kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16 ton.
  • Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya maka dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia untuk mengikat material tersebut ketika dipadatkan kebali dengan vibrator roller.
Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan telah sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan waterpass agar dapat menemukan elevasinya.

Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai berikut :
  • Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam dunp truck.
  • Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi pekerjaan.
  • Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.
  • Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah penghamparan. 

Bahan dan Material

Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table agregat base B)
 

Tabel Gardasi Agregat Kelas A dan Kelas B
Nomor Mm Kelas A Kelas B
2 in 50 100 100
11/2 in 37.5 100 88 - 95
1 in 25 65 - 81 70 - 85
3/8 in 9.5 42 - 60 30 - 65
# 4 4.75 27 - 45 25 - 55
# 10 2 Nop-25 15 - 40
# 40 0.425 6 – 16 8 – 20
# 200 0.075 0 - 8 2 – 8

Tabel Karakteristik Agregat Kelas A dan Kekas B
Sifat Material Sifat Kelas A Sifat Kelas B
Nilai Abrasi Agregat Kasar ( AASTHO T 96 - 87 ) 0 - 40% 0 - 40%
Plasticity Index ( AASTHO T 90 - 87 ) 0 - 6 4 – 10
Batas Cair ( AASTHO T 89 - 90 ) 0 – 25 -
CBR ( AASTHO T180 ) 90 min 35 min
Hasil Kali PI dengan % lolos ayakan no. 200 25 maksimum -



Pengawasan Pekerjaan
Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah sebagai berikut :
  • Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran maksimum bahan.
  • Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.
  • Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.
  • Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal rencana.
  • Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.

sumber : http://www.infogue.com/

Rabu, 19 Oktober 2011

Rapat Pembangunan Tol Solo Kertosono





Kota Surakarta merupakan salah satu kota terbesar di Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sehingga pembangunan jalan tol dirasa sangat mendesak untuk mendukung pengembangan wilayah kota dan sekitarnya.

Dengan dasar itu pada hari Kamis (19/8) diadakan Rapat Koordinasi dimana pada rapat ini membahas tentang pencapaian Progres pembangunan Jalan Tol Solo – Kertosono tahun anggaran 2009 – 2010 dan rencana pembangunan untuk tahun anggaran 2011 – 2012.Pembangunan Jalan Tol ini merupakan bagian dari Jaringan jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan panjang + 179 Km.

Pada tahun 2009 telah dilaksanakan pembangunan jalan +600 m dengan menggunakan dana APBN sebesar Rp.15 Milyar. Sedangkan pada tahun 2010 dialokasikan dana + Rp.53 Milyar untuk pembangunan struktur bawah jembatan (+ 300 m ) dan oprit sisi barat jembatan ( + 150 m ). Dengan harapan pada akhir tahun 2012 dapat dioperasikan jalan tol sepanjang 24 Km yang dapat berfungsi sebagai Solo Outer Ring Road ( Lingkar Luar Solo Raya ).

Rapat Koordinasi ini sendiri dilaksanakan di Ruang Rapat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V yang dihadiri oleh Plt. Kasie Pengawasan, konsultan dan Satker pembangunan Jalan Tol Solo – Kertosono dalam rapat yang dipimpin oleh Kabid Pelaksanaan mewakili Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V.

Manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat dengan berfungsinya pembangunan Jalan Tol Solo – Kertosono ini diantaranya adalah tersedianya akses menuju Bandara Adisumarmo dan akses dari/ke jalan raya Solo – Purwodadi dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“MATERIAL dan PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA”



BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan raya yang telah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari dengan adanya sarana jalan raya akan memudahkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Di era globalisasi sekarang ini sedikitnya telah dikenal model transportasi darat, laut dan udara. Jalan raya merupakan salah satu sarana untuk moda transportasi darat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jalan raya pun tidak luput dari sentuhan teknologi tersebut dengan ditemukan beberapa jenis bahan yang bias dipakai untuk pekerjaan pelapisan diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.
Jalan- jalan modern yang dilengkapi dengan lapis perkerasan banyak dijumpai dikota-kota ataupun dengan adanya jalan- jalan akses ke perkampungan dan pemukiman penduduk. Seiring dengan pengoperasian jalan tersebut selama periode umur rencana jalan, maka jalan tersebut mengalami penurunan kualitas. Untuk itu, pada saat pelaksanaan perkerasan jalan raya itu harus teliti dan sesuai dengan data- data yang diperoleh dilapangan. Misalkan; barapa kenderaan yang melintasi, umur rencana, serta persentase peningkatan kenderaan hariannya, dan banyak lagi yang lainnya yang harus kita lihat.


Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II Meninjau Jalur Lintas Selatan

Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II Meninjau Jalur Lintas Selatan




Direktur Bina Pelaksanaan Wilayah II Ir. Winarno, M.Eng.Sc di dampingi oleh PPK Pembinaan Jalan & Jembatan Wilayah Jawa Ir. Arif Wicaksono, M.Eng.Sc, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Ir. A.G. Ismail, M.Sc dan PPK Pembangunan Jalan dan Jembatan Boyolali – Kartosuro Hari Dwi Purwadi, ST., pada hari kamis (18/10) meninjau paket – paket kritis di Jawa Tengah, Boyolali – Kartosuro (SRIP) dan Magelang – Keprekan (SRIP). Saat didampingi Kepala BBPJN V Ir. A.G. Ismail, M.Sc, Winarno berharap segera menyelesaikan pekerjaan paket-paket kritis terlebih dahulu.

Dalam kunjungan itu Winarno menyempatkan untuk bertemu dengan Sekretaris Daerah Kab. Pacitan Ir. Mulyono, MM., untuk membahas permasalahan – permasalahan yang ada di Pacitan yang berhubungan dengan Pembangunan Jalur Lintas Selatan. Mulyono menjelaskan “pembebasan Lahan warga seperti yang diketahui bahwa ada sekitar lima warga yang sudah dibayar tapi meminta ganti rugi yang lebih tinggi Mereka antara lain warga di Desa Jetak, Kecamatan Tulakan”. Dari pihak Pemkab Pacitan akan melakukan pendekatan – pendekatan dan sosialisasi ke masyrakat untuk mencari pemecahan dari permasalahan tersebut.

Setelah mendapatkan penjelasan dan pokok – pokok permasalahan dari Sekda Pacitan, Winarno melanjutkan peninjauan dan pengecekan ke lapangan untuk mengetahui secara langsung segala permasalahan dan Progres pekerjaan. Winarno menghimbau bila pelaksanaan pekerjaan mengalami permasalahan unit kerja pusat siap membantu, adapun beberapa lokasi yang mendapat perhatian dalam kunjungan kerja kali ini adalah :

1.    Jembatan Gawang I
2.    Jembatan Gawang II
3.    Jembatan Padi Dangkal
4.    Jembatan Soge 2

Selain itu jalur tersebut juga menghubungkan daerah terisolir dan juga bertujuan untuk membangun pusat-pusat kegiatan perekonomian, perkotaan, serta pertumbuhan dengan pengaruh pelayanan pada system jaringan jalan yang cepat, efektif, efisien, padat, aman dan nyaman khususnya Kab. Pacitan.

sumber : http://balai5.net/berita/159-direktur-bina-pelaksanaan-wilayah-ii-meninjau-jalur-lintas-selatan.html